Biarkan Anak Belajar Menghadapi Kesulitan
Oleh: Darsini, S.Pd. (Saff Bidang Pendidikan BPH Yayasan Salman AL Farisi Jogja)
“Aduh…kok susah banget ya bikinnya”, keluh Putri saat mengerjakan tugas dari gurunya. Mendengar keluhan putrinya, Bu Ida segera menghampiri putri semata wayangnya dan segera memberi bantuan. Bahkan Bu Ida tidak segan-segan untuk mengerjakan tugas-tugas Putri.
Ayah, Bunda sekilas ilustrasi di atas adalah hal yang wajar. Seorang ibu yang memiliki kasih sayang yang besar tidak akan tega melihat buah hatinya mengalami kesulitan. Namun sebenarnya saat anak menghadapi kesulitan tidak semestinya orang tua terus langsung membantu apalagi menyelesaikan semuanya. Pada saat anak menghadapi kesulitan sebenarnya adalah anak sedang belajar menguatkan dirinya, baik secara fikriah, jasadiyah maupun ruhiyahnya. Saat kesulitan datang bagaimana anak dapat memanaje emosi agar bisa menyelesaikan masalahnya, bagaimana akalnya mencari solusi dan mungkin bagaimana kekuatan fisiknya untuk bisa menanggung beratnya kesulitan. Sehingga saat anak dihadapan dengan kesulitan kemudian orang tua terus langsung membantunya , sebenarnya secara tidak langsung orang tua justru telah melemahkan kekuatan sayap-sayapa anak untuk mampu terbang tinggi meraih cita-citanya.
Simak ilustrasi berikut ini.
Sepulang sekolah Andi melihat ada kepompong yang menempel di daun jambu depan rumahnya. Diperhatikan dari dalam kepompong terlihat ada sesuatau yang bergerak-gerak, Andi menunggui kepompong tersebut. Sudah cukup lama perlahan kepompong mulai terbuka. Andi melihat ada benda bergerak-gerak yang ingin keluar dari dalam kepompong tersebut. Andi memperhatikan dengan seksama. Begitu lama dan Andi melihat begitu kesulitan benda yang ingin keluar dari dalam kepompong tersebut. Rasa ibapun muncul, maka kemudian Andi memetik daun tersebut dan membawanya masuk ke dalam rumah. Diambilnya gunting kemudian kepompong itu dibuka dengan gunting. Dan benar keluarlah seekor kupu-kupu dengan warna yang cantik. Namun kupu-kupu tersebut belum memiliki sayap yang kuat untuk terbang, sehingga kupu-kupu tersebut hanya merayap-rayap saja. Hari demi hari diperhatikannya kupu-kupu tetap saja merayap tidak bisa terbang.
Ayah dan Bunda …seandainya Andi tidak memberi bantuan membukakan kepompong , mungkin kupu-kupu itu sudah bisa terbang tinggi ke angkasa mencari nehtar bunga dan melihat indahnya dunia. Namun ternyata bantuan dan pertolongan yang diberikan Andi justru menyebabkan si kupu-kupu menjadi malang tak bisa terbang selamanya. Karena sebenarnya saat kupu-kupu ingin keluar dari kepompongnya itu adalah tarbiyah yang Allah siapkan agar sayap-sayap kupu-kupu kuat untuk terbang. Sungguh Allah yang telah menciptakan mahluknya dengan sempurna dan telah menyiapkan semua perangkat yang dibutuhkan.
Para Nabi dan Rosul pun saat menghadapi kesulitan tidak serta merta Allah menolongnya. Nabi dan Rosul disempurnakan syariat ikhtiarnya mencari solusi. Setelah ikhtiar sempurna maka pertolongan Allah pun datang. Kita lihat Ibunda Hajar yang berihtiar dengan berlari-lari dari bukit Shofa ke Marwah untuk mencari air sampai tujuh kali. Setelah ihtiar sempurna baru Allah memberikan pertolongan dengan memberikan air itupun tidak di bukit Shofa atau Marwah. Tetapi di dekat kaki bayi Ismail. Padahal bukan hal yang sulit bagi Allah untuk mengirmkan air saat Ibu Hajar kehausan, karena bayi Ismail adalah calon nabi dan putra Nabi Ibrahim. Namun Allah tetap memberikan tarbiyah kepada ibu dan anak ini untuk menyempurnakan ihtiarnya agar mereka semakin kuat dan takwa.
Maka menjadi sunatullah agar anak-anak kita kuat ruhiyah, fikriyah dan jasadiyahnya latihlah dia menghadapi kesulitan. Berilah bantuan secukupnya dan arahan saja.
“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya yang dalam keadaan lemah “(QS. Annisa; 9)
Sleman, 14 Muharam 1440 H