Belajar dari Ibrahim

Nabi Ibrahim dinyatakan oleh Al Quran telah berhasil melalui hambatan-hambatan dan ujian-ujian yang diberikan oleh Allah SWT. ”Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.’ Ibrahim berkata, ‘(dan saya mohon juga) dari keturunanku.’ Allah berfirman, ‘Janji-Ku ini tidak mengenai orang-orang yang zalim.” (QS Al Baqarah: 124).

Ibrahim menemukan dan membina keyakinannya melalui pencarian dengan perenungan akan fenomena alam. Setelah mengamati perjalanan bintang, bulan, dan matahari sampailah dia pada suatu kesimpulan bahwa yang menciptakan semua peristiwa alam itu adalah Allah (Surat Al An’am: 17).

Rasa tanda tanya di hati mendorong Ibrahim untuk bertanya langsung kepada Allah SWT tentang bagaimana menghidupkan orang-orang yang sudah meninggal. ”Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata, ‘Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.’ Allah berfirman, ‘Belum yakinkah kamu?’ Ibrahim menjawab, ‘Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tatap mantap.” (QS Al Baqaroh: 260).

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Ibrahim di atas. Pertama, kritis dalam mencari dan menerima kebenaran melihat keyakinan masyarakat pada saat itu bertentangan dengan akal sehat. Ibrahim menolak keyakinan tersebut sekalipun berhadapan dengan ayahnya.

“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata pada bapaknya Aazar, ‘Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihatnya dan kaum kamu dalam kesesatan yang nyata‘.” (QS Al An’am: 74). Kedua, Istiqomah dan konsisten dalam menerapkan ajaran Allah dan melepaskan diri dari kekufuran, sebagaimana dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan kaumnya. (QS Almumtahanah: 4).

Ketiga, memiliki rasa percaya diri yang tinggi terhadap keyakinan agama yang dianut, sehingga tidak ragu-ragu untuk menunjukkan identitas keislamannya. Firman Allah: Maka katakanlah pada mereka, ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah.’ (QS Al Imran: 64).

Keempat, memiliki wawasan ilmu yang luas serta visi yang jelas. Firman Allah: Dan ingatlah hamba-hamba kami, Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu yang tinggi. (QS Shad: 45). Kelima, sanggup menghadapi risiko perjuangan. Tidak bergeming menghadapi ancaman, intimidasi dan penyiksaan yang dilakukan oleh rezim penguasa.

Dalam perjuangan tersebut, termasuk pengorbanan baik harta maupun jiwa, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Demikian beberapa nilai moral dari perjuangan Nabi Ibrahim. Dengan memahami nilai-nilai perjuangan Nabi Ibrahim kita tingkatkan semangat perjuangan menghadapi segala jenis rintangan dan halangan dalam mewujudkan suatu masyarakat bertauhid dan berakhlakul karimah yang mendapat ridha Allah. Wallahu a’lam bi ash-ashawab. 

Sumber: Republika.co.id (oleh: Ibdalsyah)