Masih belum move on dari slip gaji? Belum bisa menerima kenyataan yang menyakitkan ini? Dududu … santuy, banyak temennya!
Jangan dikira kamu saja yang terimbas pandemi Corona. Kamu bukanlah satu-satunya. Ada banyak manusia di belahan bumi yang merasakan badai kehidupan gegara virus durjana.
Tentu ini masalah besar, yang tidak bisa selesai hanya dengan meratapi penderitaan. Menyalahkan keadaan tak memberi jalan keluar. Menyalahkan institusi tempat bernaung juga hanya akan menambah sesak. Mereka pasti juga dalam kesulitan yang sama. Nyesek, Gaes!

Pertama, terima kenyataan – terima keadaan.
Ya mau bagaimana lagi? Kita mentok di sini. Sebagai orang yang alhamdulillah ditakdirkan beriman, kita beruntung banget. Kita meyakini bahwa ujian itu saringan. Iya, seperti saringan ampas kelapa itu. Menyaring inti untuk melanjutkan perjalanan. Sementara yang ampas akan terhempas di pembuangan.
Kita renungi lagi QS Al Ankabut ayat 2-3: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”
Dengan menerima keadaan, hati kita akan tenang. Kita meyakini di balik ujian ada pahala yang tersimpan. Sebaliknya sikap denial; tidak menerima kenyataan dan menyangkal perasaan justru memunculkan suasana hati yang kemrungsung dan labil.

Kedua, bertaubat kepada Allah.
Benar sekali. Keterhenyakan kita pada keadaan yang tidak sesuai impian memaksa kita untuk ‘eling’. Berapa banyak kita lupa akan nikmat Allah. Mungkin ini saat Allah melempar kerikil mengenai kening kita, dan kita terpaksa mendongak. Ya Allah, aku sudah sejauh ini tersesat? Kesadaran untuk bertaubat itu akan membimbing kita, biiznillah, untuk kembali ke jalan fitrah. Fitrah untuk senantiasa menjadikan Allah tempat bersandar yang paling kokoh.
“Dan ingatlah Ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 6)
Astaghfirullahal’adhim…

Ketiga, sadari potensi lalu kembangkan. Baik potensi diri maupun potensi institusi. Bisa jadi di tengah kondisi sempit justru saat yang tepat untuk melejit.
“Bersemangatlah kamu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan pada Allah, dan janganlah kamu merasa lemah. Jika engkau tertimpa musibah, maka janganlah engkau katakana ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan, ‘Ini sudah menjadi takdir Allah. Setiap apa yang Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan ‘seandainya’ dapat membuka pintu setan.” (HR. Muslim)

Suka bikin mind-mapping, kan? Coba kita urai satu demi satu potensi di tengah pandemi. Potensi untuk menambah pengetahuan, keterampilan, hingga penghasilan tambahan.
Gegara pandemi kita lebih banyak di rumah. Waktu luang di rumah bisa untuk apa saja?
Akibat Corona kita jadi menutup sekolah. Gedung, peralatan, inventaris sekolahan bisa untuk buka bisnis apa?
Pemikiran-pemikiran alternatif dan penuh terobosan itu akan muncrat keluar. Seperti selang air yang diberi tekanan. See? Airnya memancar dengan penuh kekuatan, penuh gairah menemukan jalan keluar. Kita diciptakan lebih baik daripada air, bukan?

Keempat, bangun kolaborasi untuk bersama-sama mengambil tanggung jawab.
Jika kemarin di rumah ini kita hidup bersama dalam suka-cita dan penuh keidealan, hari ini kita harus menyingsingkan lengan baju untuk menemukan keidealan-keidealan baru dalam kondisi yang berbeda.
Ciuss.. kondisi yang berbeda menantang kita untuk selalu beradaptasi dan survive! Yap, diperlukan jiwa-jiwa muda yang adaptive dan fresh. Ketidaknyamanan, ketidakmapanan, dan kesusahan hidup adalah bahan bakar untuk membuat percepatan meraih keberhasilan.
Kembali ke Al Ankabut, di penghujung surah Allah swt janjikan, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”

Selamat bertumbuh. Yakinlah, di tanah gersang akar tanaman mampu menghujam lebih dalam.