Tahun 2020 saya menyelesaikan studi tepat waktu di Program Studi Kimia UGM. Alhamdulillah, saya bersyukur sekali meski di masa pandemi saya bisa lulus tepat waktu dan berhasil melanjutkan studi ke luar negeri.

Selama kuliah di UGM, saya sering menjadi asisten dosen, asisten laboratorium dan ikut berbagai training atau pelatihan. Selain itusaya juga aktif berpartisipasi dalam proyek dosen. Saya suka nge-lab karena dikasih proyek oleh dosen untuk mengurus eksperimen. Hal itu yang mendorong saya saat ini untuk kembali aktif sebagai research assistant selama studi lanjut di Korea Selatan.

Studi di luar negeri merupakan salah satu impian masa kecil saya. Sejak SD saya sudah ada cita-cita mau melanjutkan sekolah ke luar negeri.

Cuma saat itu belum ada bayangan terkait biaya, kemudian persaingan untuk meraih kesempatan itu yang tidak mudah tentunya, dan lain sebagainya. Dengan azzam yang kuat sejak SD hingga kuliah, alhamdulillah Allah mengizinkan saya untuk mendapatkan kesempatan tersebut.

Di sini saya juga menulis artikel dalam buku antologi berjudul My Principle and Perspective in Study Abroad to South Korea. Di artikel tersebut saya menuangkan cerita singkat saya kenapa bisa sampai Korea. Termasuk kendala keberangkatan di masa pandemi, saya mengalami ketersendatan dalam teknis pengurusan paspor visa, perizinan, dan teknis persiapan ke Korea.

Saat itu di Korea Selatan kasus Covid belum terlalu parah sehingga masih ada kesempatan menerima mahasiswa dari negara lain. Saya tiba di Korea Selatan di bulan Maret, tepat Spring Semester, jadi bisa menikmati musim semi pertama kali.

Senang sekali disambut dengan mekarnya bunga Sakura. Mimpi saya jadi kenyataan. Dari SMP-SMA saya memimpikan banget bisa ke luar negeri, kapan ya bisa ke luar negeri ke negeri empat musim. Dulu cuma lihat dari TV, akhirnya sekarang saya dapat kesempatan menikmati.

Alhamdulillah semenjak sekolah di SDIT Salman Al Farisi, saya mendapatkan dukungan yang kontinyu dari para guru, teman dekat, orang tua tentu saja. Dukungan itu sangat berarti bagi saya untuk tetap semangat meraih mimpi, menekuni apa yang menjadi minat dan hobi, hingga sekarang bisa bermanfaat bagi saya sendiri dan sesama.

Sejak SD saya disemangati, terutama saya kan senang membaca dan menulis. Jadi saya sering mendapat kesempatan ikut lomba karya tulis. Alhamdulillah ada yang juara. Jadi dari situ juga yang membuat saya terpacu terus untuk terus berkarya.

Di SMP saya sering berpartisipasi mengisi bulletin sekolah. Ketika SMA pun saya kembali aktif menulis dengan menjadi reporter di koran Kedaulatan Rakyat. Selama kuliah di UGM, alhamdulillah, masih sering ngisi artikel juga dan selama di Korea Selatan pun demikian.

Berikutnya, mari kita simak obrolan Prof. Khairudin, Ketua Yayasan Salman Al Farisi, dengan Mbak Lily.

+ Bagaimana rasanya saat dulu sekolah di SD Klebengan, Mbak Lily?

Alhamdulillah, saya sangat menikmati masa sekolah dasar jadi seneng banget di lingkungan Salman Al Farisi. Guru-gurunya super sabar, sangat membimbing semua siswanya dengan berbagai karakter. Tentu semua siswa kan tidak semua nurut, pasti ada yang susah diatur. Tapi beliau-beliau sangat sabar jadi kita sebagai anak-anaknya juga merasa sangat terayomi begitu.

Teman-teman dengan berbagai karakter ini tetap bisa saling semangat, solid, dan kompak. Kalau ada pekerjaan atau acara bareng kita kerjakan bersama. Bersyukur sekali mendapat kesempatan untuk 6 tahun sekolah di SAF dengan segala dinamikanya.

Guru-guru di Salman sangat suportif sekali mendorong siswa-siswanya untuk menekuni minat masing-masing. Seperti saya utarakan tadi, saya suka menulis, dulu Bu Maming Guru Bahasa Indonesia sangat menyemangati saya untuk berkarya. Juga Bu Azizah dan Bu Rini yang mengajari tahfidz qiroati masih saya ingat sekali. Jadi meskipun saya di luar negeri tapi alhamdulillah karena tahfidznya kuat, qiroatinya kuat, alhamdulillah sampai sekarang masih tetap sambil terus dilanjut murojaahnya itu.

Waktu kelas 5 atau 6 SD, Bu Iir memberi challenge pada kami untuk menuliskan 100 mimpi besar.

+ Apa yang paling berkesan ketika mengenyam pendidikan di SDIT SAF sehingga Mbak Lily memiliki motivasi yang sangat kuat untuk melanjutkan studi hingga jenjang S2 dan S3 di luar negeri?

Waktu kelas 5 atau 6 SD, Bu Iir memberi challenge pada kami untuk menuliskan 100 mimpi besar. Jadi waktu itu sekalian pelajaran TIK computer, kami berlatih mengetik sambil juga me-arrange 100 mimpi. Dulu, kayaknya 100 itu banyak banget. Apa aja?

Bu Iir bilang mimpi-mimpi yang dituliskan bisa dimulai dari hal-hal kecil sampai hal besar, dari jangka pendek sampai jangka panjang. Terus akhirnya kami semua membuat tugas menuliskan 100 mimpi itu sekaligus menyelesaikan pelajaran TIK mengetik cepat. Ini saya screenshot file lama yang saya beri judul My Dreams.

Saya tuliskan dari jangka pendek dulu, seperti impian lulus dengan nilai bagus, bisa masuk SMP yang diinginkan. Terus perjalanan sampai SMP besok mau ada cita-cita apa, SMA cita-citanya apa, kuliah mau kerja atau mau lanjut kuliah di mana? Itu dituangkan secara rinci di file 100 mimpi. Alhamdulillah melalui motivasi itu mimpi-mimpi saya jadi lebih terarah. Salah satunya yakni untuk melanjutkan ke luar negeri. Itu juga termasuk satu dari 100 mimpi yang saya ketik di kelas 5 atau kelas 6 SD itu.

Harapan atau rencana yang tervisualisasikan itu memang lebih kuat teringat. Ajakan dari dalam diri untuk, Yuk, aku mau mencapai harapan itu bagaimana caranya. Selain ditulis dan diprint, Bu Iir juga bilang untuk menempelkan impian itu di kamar masing-masing. Jadi sambil kita tidur atau belajar itu masih terngiang-ngiang, oh 100 mimpi!

Pengalaman ini memotivasi kita untuk belajar keras agar mimpi ini tercapai. Jangan bermalas-malasan agar mimpi lain juga tercapai. Dan itu juga masih berlanjut sampai saya SMA, saya masih meneruskan 100 mimpi itu. Meskipun tidak semuanya tercapai ya Pak, tapi kalau dihitung-hitung mungkin dari 100 itu lebih dari 50% sudah saya checklist karena udah tercapai.

Ini sungguh pengalaman sangat berharga dan berbeda dibanding teman-teman lain. Karena sewaktu saya SMA, teman-teman belum pernah diminta menulis 100 mimpinya seperti itu. File 100 mimpi itu tersimpan hingga sekarang.

+ Setelah SD ke SMP dan SMA Negeri, karakter apa saja yang masih dipegang Mbak Lily yang diajarkan di SDIT SAF dalam menggapai 100 impian itu.

Akar Islamnya di Salman sangat terasa. Melanjutkan di SMP, SMA, hingga sekarang yang lingkungannya sangat heterogen, apa yang diajarkan di Salman alhamdulillah masih coba saya biasakan seperti shalat Dhuha, shalat tepat waktu, juga kebiasaan Islami yang lain.

Saat SMP teman-teman, kan, ngga terbiasa shalat Dhuha. Saya coba shalat Dhuha sendirian, terus ada teman lain ikut. Sampai sama guru agama dibuat program untuk salat Dhuha dengan bergilir karena space mushola terbatas.

Di SMA juga alhamdulillah masih istiqomah. Sungguh 6 tahun yang berharga selama di SDIT Salman. Jadi merasa sensitive kalau mendengar suara adzan. Oh sudah adzan, sudah waktunya shalat. Saatnya break. Apalagi di Korsel suara adzan hanya ada di notifikasi hp kita. Pokoknya, masih mengena sekali kebiasaan dulu waktu SD.

+ Luar biasa, ini Mbak Early. Jadi teringat saat mau saya ajak diskusi izin dulu mau shalat Ashar. Karakter shalat tepat waktu ini terbawa semenjak dari SD. Doakan juga alumni-alumni bisa istiqomah dengan nilai-nilai Islam. Kalau tentang kebersihan bagaimana, Mbak Early?

Kebiasaan piket kelas, lomba kebersihan, guru-guru juga menekankan bahwa kelas kita itu seperti rumah kita sendiri jadi ada rasa kepemilikan yang ditanamkan. Kalau misal ada yang tumpah atau apa, kita segera menyapu atau mengepel. Meskipun yang salah bukan kita, tapi kita saling membantu. Kita merasa itu milik kita bersama, jadi kalau ada yang rusak atau kotor pasti langsung segera ikut membersihkan. Sekarang kalau saya di laboratorium pun, meski ini bukan lab saya tapi kalau merasa ada yang kotor atau ada yang apa, ikut membersihkan juga.

Oh sudah adzan, sudah waktunya shalat. Saatnya break.

+ Oiya, Mbak Lily ini mengambil bidang apa kuliahnya di Korea?

Material Science Engineriing, Electro Chemistry. Produk material antikorosi sama fotokatalis.

+ Mbak Early dalam memilih jurusan kreatif sekali memasukkan ilmu-ilmu dasar. Ide-ide inovasi kreatifitas dari Mbak Early mungkin sudah diasah sejak usia SD. Dulu saat di SDIT SAF, bagaimana guru-guru memotivasi?

Tentunya, alhamdulillah, semua itu inspirasi dari guru-guru SD saya. Dulu pernah sama bu Iir saya diberi kesempatan ikut semacam Rocket Science Club atau apa ya. Waktu itu digelar di UGM, saya masih kelas 4 SD. Saya ikut walaupun sempat ragu-ragu karena belum ada bayangan sama sekali.

“Nggak papa, pokoknya ikut aja. Nanti kalau dapat ilmu baru atau pengalaman menarik kan bisa disharing sama teman-teman di sini.” Bu Iir menyemangati.

Dan akhirnya saya ikut bareng seorang teman. Saya dapat semacam kit untuk bermain roket air, atau merakit roket sendiri sederhana.

Saya bawa rakitannya itu ke sekolah. Sama Bu Guru dan teman-teman, kita membuat bareng dan akhirnya berhasil, kan, roket-roket mainannya itu. Terus saya disuruh menjelaskan kepada teman-teman kenapa bisa terbang roketnya.

Jadi itu kayak awal-awal saya berani untuk ikut presentasi hasil eksperimen sederhana gitu, ya. Sama teman-teman, roket itu dieksplorasi. Saat demo main roket pun teman-teman juga saling menuangkan ide, bagaimana kalau ditambahi ini biar lebih menarik. Kan, pake campuran cuka sama baking soda jadi biar ada reaksi yang membuat roketnya naik ke atas. Gimana kalau komposisinya kita ubah, atau apa, benar-benar kita tuh, kayak main bareng untuk menemukan sesuatu yang baru.

Akhirnya bisa tahu, Oh roketnya kalau komposisinya ini jadi susah naiknya, kalau sekian jadi lebih cepat naiknya. Jadi waktu itu kayak ngga kerasa ya, antara main atau belajar. Jadi sama-sama kayak sharing bareng aja tapi kita sambil belajar.

Itu pertama kali dari eksperimen sederhana terus saya bisa sharing ke teman-teman, eh ternyata bisa jadi permainan yang menyenangkan sampai mereka pun juga antusias untuk membuat roket-roketnya itu.

+ Pesan kesan apa yang ingin Mbak Lily sampaikan untuk generasi muda yang ingin kuliah di luar negeri, mungkin belum mendapatkan beasiswa atau tengah mencari pekerjaan, agar bisa mengikuti jejak mbak Lily?

Saya menyampaikan ini sekaligus juga untuk introspeksi diri, saya masih banyak kekurangan. Tentunya, kita harus punya rasa optimisme atas impian kita. Diawali dari mimpi-mimpi yang kuat, kita perlu memiliki optimisme bahwa kita bisa meraih mimpi-mimpi itu.

Dan tentunya mimpi dan tujuan itu harus diikuti dengan niat yang baik dan mulia pula. Saya bukan serta-merta terpikir “Wah keren nih, bisa ke luar negeri. Bisa foto-foto musim salju, musim semi, musim gugur.”

Tapi tentunya ada niat awal yaitu untuk thalabul ilmi, semua itu harus didasarkan dari niat-niat baik kita, ngga serta merta untuk hal-hal privilege kuliah di LN atau untuk kerja di tempat mana. Tapi sebaiknya sih harus ada tujuan-tujuan kita yang lebih baik bisa menyalurkan ilmu ke orang lain, bekerja, bisa mendapatkan rezeki untuk membantu orang lain juga. Diawali dari mimpi yang kuat dan disertai niat yang baik.

Kita juga harus optimis bahwa di mana ada kemauan pasti ada jalan yang baik. Sabar, karena mungkin sesuatu yang baik itu tidak datang dengan cepat tapi Allah meminta kita untuk menunggu untuk terus berdoa biar impian kita itu datang tepat waktunya.

Kita juga perlu melakukan sesuatu dengan ikhlas atas usaha-usaha untuk meraih mimpi itu. Berusaha ikhlas biar hasil yang kita dapat maksimal.

+ Sebenarnya cita-cita mbak Early apa, kok sampai kuliah jauh-jauh ke luar negeri?

Di setiap tahapan pendidikan yang saya jalani, saya punya cita-cita masing-masing. Yang sebenarnya waktu lulus UGM, keinginan untuk melanjutkan studi ke luar negeri itu juga salah satu cita-cita. Alternatif lainnya adalah bekerja di suatu perusahaan. Alhamdulillah, Allah memilihkan jalur saya untuk melanjutkan studi.

Berada di track ini saya melanjutkan mimpi saya untuk menjadi peneliti atau dosen di Indonesia nantinya, agar bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman baru dari Korea ini. Semoga inspirasi teknologi informasi dari sini juga bisa diaplikasikan di negeri kita. Semoga high technology-nya Korea juga bisa tertular di Indonesia, atau mungkin bisa lebih baik lagi. Mohon doanya agar apa yang saya gali di sini bisa bermanfaat dan berguna untuk negeri kita tercinta.

Aamiin. Selamat terus berjuang meraih mimpi, Mbak Lily. Semoga menjadi inspirasi adik-adik di Salman Al Farisi untuk semangat belajar, berani bermimpi, dan tabah dalam memperjuangkan impian menjadi kenyataan.

(admin)