Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?”
Nabi saw menjawab, “Ibumu.”
Orang tersebut kembali bertanya, “Kemudian siapa?”
Nabi saw menjawab, “Ibumu.”
Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?”
Nabi saw menjawab, “Ibumu.”
Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”
Nabi saw menjawab, “Kemudian Ayahmu.”
(HR. Bukhari Muslim)

Dari satu kisah di atas, secara gamblang kita mendapati tentang keutamaan seorang ibu dalam kehidupan setiap anak yang terlahir di dunia. Nabi Muhammad saw menyebutkan “ibu” hingga tiga kali pertama sebelulm akhirnya menyebutkan ayah. Ini menandakan betapa tingkat keutamaan dan kemuliaan sosok ibu tidak hanya di urutan pertama, melainkan berturut-turut hingga ke-dua dan ke-tiga.
Islam menempatkan seorang wanita, terutama seorang ibu, dalam posisi yang sangat mulia dan harus dimuliakan. Kita tentu tidak asing dengan hadits “Al jannatu tahta aqda mil ummahat” yang berarti Surga berada di telapak kaki ibu. Alangkah mulianya kedudukan seorang ibu menurut Islam.
Juga sering kita dengar istilah “Al Ummu madrasatul ula” yang artinya Ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Benar sekali, anak-anak pertama kali diasuh oleh ibunya, sejak dalam kandungan bahkan. Tentu tidak bisa dipungkiri bahwa, apa yang dilakukan seorang ibu akan membekas pada anaknya. Dan akan menjadi ‘pelajaran’ pertama mereka.
Di balik itu semua, tentu ada upaya sungguh-sungguh yang harus dipenuhi oleh seorang ibu untuk mendapatkan kedudukan mulia tersebut. Menjadi pribadi dengan tugas mulia memerlukan ikhtiar yang terus-menerus untuk memperbaiki diri sehingga mampu menjalankan peran sebagai ibu, pendidik, dan penyemangat bagi putra-putrinya.
Semoga dengan Allah muliakan kedudukan para ibu di dunia, Allah muliakan juga dengan kenikmatan di surga. Selamat Hari Ibu, para Ibu di seluruh dunia.