Khutbah idul adha 1437 H

MENYONGSONG BONUS DEMOGRAFIS

DENGAN JIWA OPTIMIS

(Fakhruddin Nursyam)

 

Ma’syiral muslimin jamaah shalat idul adha yang dimuliakan Allah. Puji syukur hendaknya senantiasa kita panjatkan kepada Allah. Karena berkat rahmat dan taufik-Nya kita dapat menunaikan shalat idul adha tanpa suatu halangan apapun. Berkat rahmat dan inayah-Nya pula, saudara dan sahabat kita, keluarga dan sanak kerabat kita dapat menjalankan ibadah wukuf di arafah dan manasik haji lainnya tanpa insiden dan  permasalahan yang berarti.

Di hari idul Adha dan tiga hari tasyriq setelahnya, kita diperintahkan untuk menggaungkan syiar idul adha dengan tahlil dan takbir, dengan munajat dan zikir, dan dengan berbagi daging korban dan kebahagiaan. Di samping itu, kita juga diperintahkan untuk mengambil pelajaran  dan inspirasi positif dari perjuangan Nabi Ibrahim as. beserta keluarganya dalam melintasi berbagai rintangan dan halangan, di tengah kerasnya kehidupan padang pasir yang kering kerontang, dan minimnya berbagai fasilitas kehidupan. Ternyata dalam kehidupan yang serba memprihatinkan lahir generasi penerus yang andal, dan pada akhirnya dapat mengubah padang pasir yang gersang dan kering kerontang menjadi sebuah negeri yang berperadaban, berkemakmuran dan berkelimpahan sehingga hampir seluruh jenis buah-buahan di dunia dapat kita jumpai di sana, hampir semua produk yang dihasilkan kemajuan ilmu dan teknologi manusia dapat kita jumpai dengan mudah di sana dengan harga yang lebih murah dari negeri kita.

Ma’syiral muslimin jamaah shalat idul adha yang dimuliakan Allah. Baru saja kita memperingati hari lahir bangsa Indonesia yang ketujuhpuluh satu, dan pada tahun 2045 nanti bangsa Indonesia genap berusia seratus tahun. Pada ulang tahun emas kemerdekaan Indonesia itu, kita sebagai bangsa akan mendapatkan anugerah besar dari Allah Ta’ala.  Anugerah besar itu adalah bonus demografis. Apa bonus demografis itu? Pada tahun itu, tujuh puluh persen penduduk indonesia adalah dari kalangan generasi muda usia produktif. Dengan anugerah besar ini bangsa Indonesia akan mampu meraih kejayaannya, menjadi negeri yang gemah ripah loh jinawi, bahkan bisa menjadi negara adi daya mengalahkan amerika, negara-negara Eropa, ataupun jepang dan China. Namun semua itu akan tercapai jika tujuh puluh persen penduduk yang berusia produktif itu memiliki kualitas yang baik, berpikiran maju, berwawasan luas dan memiliki daya saing di hadapan sumber daya manusia dari bangsa-bangsa lain. Jika tidak, maka jumlah besar dari kalangan usia muda itu hanya akan membebani keuangan negara dan menjadi sumber permasalahan bagi bangsa kedepan.

Di sisi lain, negara-negara maju seperti Amerika, Jerman, Jepang, Rusia dan negara maju lainnya, justru berada di ambang kehancuran. Beberapa puluh tahun lagi jumlah terbesar penduduk di negara-negara ini berasal dari kalangan usia tua atau kakek-nenek. Karena anak-anak muda mereka sekarang ini lebih memilih untuk hidup membujang, melakukan sex bebas tanpa terganggu dengan kelahiran seorang anak, bahkan mulai marak di antara mereka perkawinan sejenis yang tidak akan dapat diharapkan akan memberikan keturunan.

Kondisi inilah yang membuat musuh-musuh bangsa Indonesia berusaha agar bonus demografis yang akan menjadi anugerah bagi bangsa Indonesia berubah menjadi malapetaka dan bencana. Mereka menerapkan strategi untuk menghancurkan generasi muda bangsa ini dengan perang asimetris dan perang proxi yang bertujuan mengubah negeri Indonesia yang kaya raya, dengan sumber daya alamnya yang melimpah, menjadi negara yang mengalami ketergantungan kepada negara-negara asing dalam bidang sumber daya pangan dan sumber daya energi.

Perang asimetris dan perang proxi ini jauh lebih berbahaya daripada perang dengan kekuatan senjata. Telah  banyak sekali korban berjatuhan di pihak kita, sangat besar sekali  kekayaan materi dan immateri direnggut dari tanah air kita, sementara kita tidak tahu siapa sebenarnya musuh kita. Lebih ironis lagi, musuh-musuh kita justru mendapatkan perlindungan hukum dalam melakukan aksi mereka untuk menguras kekayaan alam kita dan menghancurkan generasi muda dengan berbagai konspirasi dan tipu muslihat.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ .

Ma’syiral muslimin, jamaah shalat idul adha yang dimuliakan Allah. Musuh-musuh bangsa Indonesia melancarkan perang proxi melalui banyak cara dan sarana di antaranya adalah;

  • Melalui media pergaulan dan perkumpulan, baik di dunia maya ataupun di dunia nyata. Akibatnya, karena salah pergaulan telah banyak anak-anak remaja yang menjadi korban pelecehan sexual, menjadi korban perdagangan manusia untuk menjadi pemuas nafsu para pemuja syahwat, melakukan sex bebas dengan teman sekolah atau kawan sepermainan, meninggalkan bangku sekolah dan keluarga dengan hidup menggelandang bersama teman-teman satu genk yang menjadi afiliasinya.
  • Peredaran narkoba yang sangat massif. Akibatnya, banyak pihak yang menjadi korbannya, mulai dari para artis, pejabat-pejabat publik, para pekerja dan mahasiswa, bahkan anak-anak sekolah dari menengah atas, menangah pertama hingga anak-anak sekolah dasar.
  • Media komunikasi dan informasi. Akibatnya, karena sibuk dengan smartphone banyak suami yang menelantarkan isteri dan anak-anaknya, banyak isteri yang menelantarkan tanggung jawab rumah tangganya, banyak anak-anak yang melupakan kewajiban belajar, bersosialisasi dan beribadah kepada Allah Ta’ala.
  • Issue terorisme. Negara-negara asing telah banyak menggelontorkan dana untuk menumpas para teroris. Di sisi lain, banyak ustadz-ustadz misterius yang menyebarkan paham radikal dan ajaran teror. Akibatnya, aksi-aksi terorisme selalu bermunculan, entah untuk kepentingan siapa mereka melakukan aksi-aksi teror, namun yang jelas sama sekali bukan untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin.

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ .

Ma’syiral muslimin, jamaah shalat idul adha yang dimuliakan Allah. Kita perlu bercermin kepada keluarga Nabi Ibrahim as. Meski hidup serba kekurangan, jauh dari kehidupan materi yang ideal, namun mereka mampu mencetak Ismail as.  menjadi pemuda yang cerdas, berdikari, mampu berkontribusi untuk  keluarga dan masyarakatnya sejak usia yang sangat belia, dan mampu melanjutkan estafeta kepemimpinan dan kenabian dari para pendahulunya.  Ada banyak faktor yang mengiringi perkembangan Ismail as. sehingga tumbuh menjadi pemuda yang andal. Di antaranya adalah kedekatan maknawiyah antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lainnya. Dan yang lebih penting dari itu adalah kedekatan spiritual mereka kepada Allah Ta’ala. Hal ini dapat kita lihat dari doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim as. ketika harus meninggalkan Hajar dan bayinya di tempat yang sangat tandus dengan perbekalan yang sangat minim.

رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. (Ibrahim:37)

 

Menjadikan rumah sebagai tempat yang nyaman untuk anak-anak

Langkah awal menghadapi perang proxi adalah menjadikan rumah kita sebagai tempat yang paling nyaman untuk anak cucu kita. Seringkali karena tidak merasa betah dan bahagia di dalam rumah, akhirnya seorang anak mencari kebahagiaan di tempat-tempat lain yang semestinya ia tidak berada di tempat itu. Karena tidak mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan batin bersama ayah dan ibunya, akhirnya seorang anak mencari kebahagiaan dari teman-teman yang dikenalnya, bahkan dari siapapun yang menurutnya dapat memberikan perhatian dan kasih sayang meski belum dikenalnya dengan baik dan memiliki motif jahat.

Banyak rumah yang sangat megah dan mewah, namun terasa sempit bagi para penghuninya. Mereka sangat jarang sekali berkumpul dengan komplit untuk berbagi suka dan duka di antara mereka. Rumah yang sangat megah dengan fasilitas yang sangat mewah, ternyata yang menikmatinya hanya pembantunya. Karena pemiliknya selalu sibuk di luar rumah untuk kepentingan bisnis atau lainnya. Rasul saw. bersabda,

مِنْ سَعَادَةِ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ: الْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ

Di antara sumber kebahagiaan seorang muslim adalah; rumah yang lapang, tetangga yang shalih dan kendaraan yang nyaman”. (HR. Ahmad)

Rumah yang lapang tidak harus besar dan megah. Meski rumah kita sangat sederhana dan sempit, namun ternyata semua anggota keluarga dapat berkumpul untuk berbagi simpati dan empati,  saling menasehati dan memotivasi, saling membantu dan mendoakan. Itulah rumah yang lapang meski kenyataannya sangat sempit dan sederhana.

Di samping merasa nyaman berada di rumah, seorang anak harus dekat dengan figur ayahnya. Meski intensitas pertemuan di antara mereka sangat sedikit, seperti antara Ibrahim as. dan Ismail. Namun seorang ayah harus berusaha untuk memaksimalkan kualitas pertemuan dengan anaknya, di hari-hari liburnya. Karena itulah muncul seruan atau gerakan “Sabtu atau Ahad bersama ayah”.  Hal ini sangat penting mengingat banyaknya anak-anak remaja putri yang menjadi korban bujuk rayu para lelaki jahat di facebook atau media lainnya. Karena ternyata mereka tidak pernah mendapatkan ungkapan cinta dan sayang dari ayah mereka. Akibatnya, begitu mendengar ungkapan cinta dari laki-laki hidung belang, mereka langsung klepek-klepek dan rela kabur bersamanya dan menyerahkan apapun yang dimintanya.

Begitu pula banyak anak laki-laki yang tumbuh menjadi remaja yang feminin dalam bergaya dan bertutur kata, tidak memiliki jiwa kepemimpinan dan kepeloporan. Karena sejak kecil mereka hanya berinteraksi dengan sosok-sosok wanita. Ketika kecil diasuh bibi embannya, ketika masuk sekolah diajar ibu-ibu gurunya. Akibatnya, sifat-sifat lembut para wanita itu yang mendominasi jiwa dan hati seorang anak.

Karena urgensi peran keluarga terhadap masa depan seorang anak. Seorang ahli menyerukan agar setiap keluarga membuat kamar atau ruang khusus yang diberinama “kamar bahagia”.  Kamar itu hendaknya dihiasi dengan hal-hal yang menyenangkan seluruh anggota keluarga, dari mulai piagam penghargaan yang pernah diraih, hadiah-hadiah dari kerabat dan sahabat, barang-barang kenangan yang sangat berarti. Di kamar ini seluruh anggota keluarga berkumpul untuk berbagi cerita, saling mengungkapkan perasaan kasih dan sayangnya dan meminta maaf atas sikap dan tutur kata yang mungkin kurang berkenan di hati sebagian anggota keluarga. Semoga dengan ikhtiyar yang sederhana ini rumah kita dapat menjadi surga bagi seluruh anggota keluarga, terutama bagi anak-anak kita sehingga mereka tidak mencari surga lain di luar rumah yang pada hakeketnya adalah neraka.

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ .

Menjadikan masjid tempat yang ramah untuk anak-anak

Ma’syiral muslimin jamaah shalat idul fitri yang dimuliakan Allah. Di samping merasa nyaman dan aman di rumah, seorang anak harus sering-sering diajak ke masjid. Agar ia menjadi seorang pemuda yang seperti digambarkan dalam hadits, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah”. Bahkan sesibuk apapun pekerjaannya, sejauh apapun tempat tinggalnya, setua apapun usianya ia berusaha hadir ke masjid begitu mendengar adzan dikumandangkan. Karena ia telah menjadi seorang yang seperti digambarkan dalam hadits, “seorang lelaki yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid”.

Seorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid tidak akan mudah melakukan tindak kejahatan dan kemaksiatan. Berusaha menunaikan tugas-tugas yang diembankan kepadanya dengan penuh amanah dan tanggungjawab. Karena merasa bahwa dirinya sedang berada di masjid, dan menyadari sepenuhnya bahwa ia harus mempertanggungjawabkan semua itu kepada Allah Ta’ala.

Untuk itu, para bapak dan ibu harus berusaha menjadikan masjid sebagai tempat yang membahagiakan bagi anak cucu kita. Kita harus berusaha menenangkan dan menertibkan mereka, tetapi harus  bersabar ketika mereka tetap ramai, bercanda dan berlari-lari mengganggu shalat para jamaah. Karena jika sejak kecil mereka tidak merasa nyaman di masjid, mereka akan mencari tempat yang nyaman di luar masjid. Jika demikian keadaannya, maka jangan berharap kelak mereka akan suka ke masjid di usia tuanya. Kata-kata hikmah mengatakan,

مَنْ شَبَّ عَلَى شَيْءٍ شَابَ عَلَيْهِ

Barangsiapa ketika muda senantiasa melakukan sesuatu, maka ketika lanjut usia ia akan tetap melakukannya”.

Para bapak dan ibu hendaknya senantiasa memotivasi anak-anaknya untuk banyak beraktivitas di masjid, mengadakan berbagai kegiatan positif untuk mereka dan adik-adik mereka. Memberikan kepada mereka support dan dukungan, baik berupa dana maupun fasilitas yang dibutuhkan. Mendorong mereka untuk berani tampil sebagai khathib dan imam dan tidak perlu merasa tersaingi atau singgasananya  mulai terancam. Justru kita harus merasa bahagia dan bersuka cita karena suatu saat ketika kita meninggalkan mereka, mereka telah siap untuk melanjutkan amal shalih dan proyek kebaikan yang telah kita rintis. Tentu saja kita harus tetap memberikan pengawasan dan bimbingan jangan sampai mereka menjadi korban rekruitmen pihak-pihak yang ingin melestarikan aksi-aksi teror untuk memperburuk citra Islam dan kaum muslimin di mata dunia.

 

Penutup

Ma’syiral muslimin jamaah shalat idul adha yang dimuliakan Allah. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu meraih kebahagiaan hidup di dunia, menularkan kebahagiaan itu kepada seluruh anggota keluarga dan para tetangga kita. Kebahagiaan yang mengantarkan anak-anak cucu kita menjadi  pemuda-pemuda yang bahagia dan mampu memberikan sumbangsih positif untuk kejayaan bangsa dan agamanya. Dengan begitu, di akherat kelak,  kita semua –suami dan isteri, orang tua dan anak, kakek dan cucu cicit- dapat berkumpul kembali dan reuni di surga, pada derajat tertinggi yang diraih anggota keluarganya.

Tentu saja semua itu harus direalisasikan dengan upaya yang optimal dan dilengkapi dengan doa yang maksimal. Karena hanya dengan memadukan antara upaya dan doa segala cita-cita mulia akan terlaksana dengan aman sentosa di bawah naungan ridha dan rahmat Allah Ta’ala.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ،  إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنْ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا , وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا , وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا , وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا، وَارْحَمْنَا وَارْضَ عَنَّا، وَتَقَبَّلْ مِنَّا، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَنَجِّنَا مِنَ النَّارِ، وَأَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً , وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً , وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ , وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ , وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِين.

وَأَقِيْمُوا الصَّلاَةَ

 

 

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ