Aduhai, bagaimana perasaan Bunda Aminah kala itu. Tatkala terbangun dari tidurnya sambil mengenang mimpinya yang menakjubkan. Ia yang tengah mengandung bermimpi melihat cahaya merekah dari dirinya. Cahaya terang benderang itu menyinari dunia dan sekelilingnya. Bahkan seolah-olah ia bisa melihat istana-istana Syam.
Bunda Aminah ditakdirkan melahirkan seorang Nabi yang mulia, Muhammad saw. Alangkah suka citanya dunia menerima kehadirannya. Ia datang diselimuti cahaya. Ia pula yang menerima wahyu dari Allah swt untuk menerangi semesta dengan dakwahnya. Jika hari ini kita bersyahadat, kenanglah ia sang Nabi mulia. Yang sejak dalam kandungan telah ditinggal wafat ayahandanya. Di usia kanak telah menjadi yatim-piatu diasuh kakek dan pamannya. Namun di bawah bimbingan Ilahi, ia tumbuh menjadi pribadi penuh pesona. Al Amin, begitu masyarakat Arab menjulukinya.
Rasul itu hadir seperti mata air di tengah gurun. Di tengah kejahiliyahan masyarakatnya ia tumbuh dengan pribadi santun dan terjaga. Allah menjaganya dalam kasih sayang yang tiada batasnya. Mekkah menjadi saksi kehidupannya.
Apakah ia hidup untuk menikmati jamuan yang lezat sebagai privilege dari Rabb-nya?
Bukan.
Ia yang lahir dalam kondisi yatim. Sebagian usia kanaknya terpisah dari ibundanya. Ia membantu pamannya menggembala, berdagang, bahkan ikut berperang. Ternyata ia tengah ditempa untuk sebuah tugas kenabian. Ia dilahirkan untuk menjadi petarung di tengah ganasnya gurun. Dengan pribadi mulianya ia diutus menjadi Nabi sekaligus Rasul. Sebuah tugas yang sangat berat dan melelahkan.
Lalu kita simak dalam sirahnya. Bagaimana berdarah-darahnya sang Rasul berdakwah menyampaikan pesan suci dari Allah swt. Ia harus rela diblokade di bukit yang kering dan sempit bersama pengikutnya. Hingga akhirnya harus rela meninggalkan kampung halaman tercinta.
Namun dari tanah baru itu sang Rasul menyusun kekuatan. Madinah bercahaya. Dari sana lahir kekuatan besar. Penaklukan demi penaklukan mengguncang dunia. Hingga Allah takdirkan Mekkah kembali dalam pelukan dakwah.
Allahuakbar.
Jika hari ini engkau bertabur cahaya iman, ingatlah. Ada sosok mulia yang berlinang darah dan air mata. Di tengah derap kuda. Dalam sujud panjang di malam gulita. Menginginkan keimanan dan keselamatan umat manusia.
Jika hari ini engkau berselimut karunia iman, ingatlah. Nabi Muhammad saw yang diutus ke dunia. Menjadi perantara firman Allah sampai kepada kita. Dalam kesederhanaan yang hebat. Melahirkan generasi emas yang menyebarkan dakwah ke seluruh dunia.
Hari ini kita kenang kembali. Sosok manusia suci pilihan Allah. Yang telah menjadi utusan Allah ke dunia, membawa cahaya terang benderang kepada kita semua.
Meski kami masih bersimbah dosa, izinkan kami tetap merindu perjumpaan denganmu ya Rasulullah…
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.”
(QS. Al Ahzab: 56)